Jumat, 15 Mei 2009

A.DT. KARI : IBN MSKAWAIH

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ibn Maskawaih adalah ahli sejarah yang pemikirannya sangat cemerlang. Dialah ilmuwan Islam yang paling terkenal dan yang pertama kali menulis filsafat akhlak.[1]dia juga seorang filosof muslim yang memusatkan perhatiannya pada etika Islam. Meskipun sebenarnya Ia pun seorang sejarahwan, tabib, ilmuwan dan satrawan. Ia hidup pada masa pemerintahan Bani Abbas yang berada di bawah pengaruh Bani Buwaih.[2]

Ibn Maskawaih juga dikenal sebagai ahli pendidikan dan pemikir pendidikan muslim yang menghubungkan antara Ibnu Sahnun dan Ibnu Sina. Menurut pandangannya, manusia adalah makhluk yang memiliki keistimewaan karena dalam kenyataannya manusia memiliki daya pikir.[3]

Pendidikan Islam adalah merupakan suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun ukhrawi.[4]


Pendidikan merupakan salah satu perhatian sentral umat Islam, baik dalam negara mayoritas muslim maupun minoritas muslim. Tujuan, wawasan, sistem dn kelembagaan pendidikan yang dilaksanakan oleh dan untuk masyarakat muslim merupakan masalah penting yang mempunyai tanggung jawab langsung terhadap umat Islam.[5]

Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan pendidikannya ke arah tujuan yang dicita-citakan. Bagaimana baik dan sempurnanya suatu kurikulum pendidikan Islam, ia tidak akan berarti apa-apa, manakala tidak memiliki metode atau cara yang tepat dalam mentransformasikannya kepada peserta didik. Ketidaktepatan dalam penerapan metode secara praktis akan menghambat proses belajar mengajar yang akan berakibat membuang waktu dan tenaga secara percuma. Karenanya metode adalah syarat untuk efisiensinya aktivitas kependidikan Islam. Hal ini berarti bahwa metode termasuk persoalan yang esensial, karena tujuan pendidikan Islam itu akan tercapai secara tepat guna manakala jalan yang ditempuh menuju cita-cita tersebut benar-benar tepat.[6]

Ada tiga aspek nilai yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam yang hendak direalisasikan melalui metode yang mengandung watak dan relevansi tersebut, antara lain :

1. Membentuk anak didik menjadi hamba Allah yang mengabdi kepada-Nya.

2. Bernilai edukatif yang mengacu kepada petunjuk Al- quran.

3. Berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai ajaran Al- quran yng disebut pahala dan siksa.[7]

Menurut Abuddin Nata (1999), dalam bahasa Arab kata metode terdapat di beberapa tempat dalam Al- quran, misalnya Surah Jin : 16

“ Dan bahwasanya jika mereka tetap berjalan di jalan yang lurus di atas itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minuman kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak)”.[8]

Surah Al-Mu’Minun : 17

“ Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit) dan kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami)”.

Beberapa singgungan ayat di atas, jelaslah bahwa Islam telah berbicara tentang metode yang diartikan dengan jalan, walaupun masih bersifat global, karena jalan dalam pengertian metode dalam dunia pendidikan Islam dimaksudkan sebagai cara, tehnik bahkan strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan kognitif, psikomotor dan afektif, baik di kelas maupun di luar kelas.[9]

Abuddin Nata (1997), metode pendiidkan Islam adalah jalan untuk menanamkan pengetahuan agama kepada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi objek sasaran, yaitu pribadi Islami.[10]

Runes sebagaimana dikutip oleh Muhammad Noor Syam, secara teknis menerangkan bahwa metode adalah sesuatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan.[11]

Al- Syaibany, menjelaskan bahwa metode pendidikan adalah segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya.[12]

Sementara Ibn Maskawaih mengisyaratkan tiga metode pendidikan secara umum, yaitu keteladanan, latihan (Riyadhah), dan Targhib dan Tarhib. Metode yang ditawarkan olehnya, dipengaruhi dan bersumber dari ajaran agama, terutama keteladanan dan targhib dan tarhib.[13].

Pengembangan metode pendidikan Islam dalam konteks Abdul Munir Mulkhan, telah mendeskripsikan beberapa petunjuk Al- quran sebagai rujukan pengembangan metode pendidikan Islam, antara lain :

a. Allah swt menyuruh hamba- Nya untuk mencontoh Rasulullah, sebab sesungguhnya pada diri Rasulullah itu terdapat teladan yang baik.

b. Allah swt memerintahkan hamba- Nya untuk menyeru manusia ke jalan Tuhan dengan hikmah, pengajaran yang baik dan argumentasi yang dapat dipertanggung jawabkan.

c. Allah swt memerintahkan umat Islam untuk mengembangkan sikap arif dn bijaksana dalam melakukan dan menyelesaikan suatu aktifitas (berdiskusi dan bermusyawarah) serta bertawakal kepada-Nya.

d. Manusia diperintahkan untuk melakukan eksplorasi di muka bumi dan memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan Allah.[14]

Perlu dipahami bahwa penggunaan metode dalam pendidikan Islam pada prinsipnya adalah pelaksanaan sikap hati-hati dalam pekerjaan mendidik dan mengajar. Hal ini mengingat bahwa sasaran pendidikan Islam itu adalah manusia yang telah memiliki kemampuan dasar untuk dikembangkan.[15]

Hasan langgulung berpendapat bahwa penggunaan metode didasarkan atas tiga aspek pokok yaitu :

1. Sifat-sifat dan kepentingan yang berkenaan dengan tujuan utama pendidikan Islam yaitu pembinaan manusia mukmin yang mengaku sebagai hamba Allah.

2. Berkenaan dengan metode-metode yang betul-betul berlaku yang disebutkan dalam Al- quran atau disimpulkan dari padanya.

3. Membicarakan tentang pergerakan (motivasi) dan disiplin dalam istilah Al- quran disebut ganjaran (shawab) dan hukuman (iqab).[16]

Agar dapat efektif, maka setiap metode harus memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Metode tersebut harus didasarkan atas teori dan praktek yang terpadu dengan baik yang bertujuan menyatukan kegiatan pembelajaran. Ilmu tanpa amal (praktek) seperti kayu tanpa buah.

2. Metode tersebut harus memperhatikan perbedaan-perbedaan individual dan menggunakan prosedur-prosedur yang sesuai dengan ciri-ciri pribadi seperti kebutuhan, minat serta kematangan mental dan fisik.

3. Metode harus merangsang kemampuan berfikir dan nalar para peserta didik.

4. Metode tersebut harus disesuaikan dengan kemajuan peserta didik dalam hal ketrampilan, kebiasaan, pengetahuan, gagasan dan sikap peserta didik karena semua ini merupakan dasar dalam psikologi perkembangan.

5. Metode tersebut harus menantang dan memotivasi peserta didik ke arah kegiatan-kegiatan yang menyangkut proses differensiasi dan integrasi.

6. Kelebihan suatu metode dapat menyempurnakan kekurangan atau kelemahan metode lain.

7. Metode pendidikan Islam harus digunakan dengan prinsip fleksibel dan dinamis.[17]

Hal terpenting dari penerapan metode tersebut dalam aktifitas kependidikan Islam adalah prinsip bahwa tidak ada satu metode yang paling ideal untuk semua tujuan pendidikan, semua ilmu dan mata pelajaran, semua guru dan pendidik, dan semua keadaan dan suasana yang meliputi proses kependidikan itu. Oleh karenanya, tidak dapat dihindari bahwa seorang pendidik hendaknya melakukan penggabungan terhadap lebih dari satu metode pendidikan dalam prakteknya di lapangan. Untuk itu sangat dituntut sikap arif dan bijaksana dari para pendidik dalam memilih dan menerapkan metode pendidikan yang relevan dengan semua situasi dan suasana yang meliputi proses kependidikan Islam, sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai secara maksimal. [18]

Dan untuk mencapai itu, tentunya harus digunakan metode dan materi yang sesuai dalam mendidiknya. Ibn maskawaih tidak merinci secara jelas materi pendidikan. Secara umum Ibn Maskawaih menyebutkan tiga hal pokok yang dapat dipahami sebagai materi pendidikan, yaitu :

- Hal-hal yang wajib bagi kebutuhan tubuh.

- Hal-hal yang wajib bagi jiwa.

- Hal-hal yang wajib bagi hubungannya dengan sesama manusia.[19]



[1] Sudarsono SH, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Bina Aksara, Jakarta, hal

[2] K. H Ahmad Azhar Basyir, Refleksi Atas Persoalan KeIslaman, Mizan, Bandung, 1993, hal 92

[3] Dr. Jalaluddin & Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, Rajawali Pers, Jakarta, 1994, hal 135

[4] H. M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hal 144

[5] Abddurrahman Saleh, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al- quran, Rineka Cipta, Jakarta, 1990, hal 197

[6] H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hal 144

[7] Ibid

[8] Ibid, hal 70

[9] Ibid

[10] H. Ahmad Syar’I, Filsafat Pendidikan Islam, Pustaka Firdaus, Jakarta, 2005, hal 69

[11] Moh. Noor Syam, Falsafah Pendidikan Pancasila, Usaha Nasional, Surabaya, 1986, hal 24

[12] Al- Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1979, hal 553

[13] H. Ahmad Syar’I, Op. Cit, hal 96

[14] Loc. Cit, hal 72

[15] Dr. Samsul Nizar M.A, Filsafat Pendidikan Islam, Ciputat Pers, jakarta, 2002, hal 67

[16] Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam, Pustaka Al-Husna, Jakarta, 1985, hal 29

[17] Prof. DR. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2005, hal 11

[18] Op. Cit, hal 74

[19] Ibn Maskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Mizan, Bandung, 1994, hal 123

Tidak ada komentar: